bintang

Friday 22 January 2016

gambaran umum bisnis ritel syariah

GAMBARAN UMUM BISNIS
RITEL SYARIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Terstruktur  Matakuliah Manajemen Bisnis Retail Syariah
Dibina Oleh: Bpk. Tito Marta Sugema Dasuki, S.E., M.Ak.

Kelompok 1:
Arina Ulfah                             (1133070025)
Asep Rahman                          (1133070028)
Bella Saftariani                       (1133070035)
Cepy Wildan Anwar               (1133070039)
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
                                                 2015           


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Gambaran Umum Bisnis Ritel Syariah”
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai sumber informasi yang kami cari dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.














DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A.    Latar Belakang............................................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah....................................................................................... 2
C.    Tujuan Masalah........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.    Pengertian Ritel.......................................................................................... 3
B.     Karakteristik Dasar Ritel............................................................................ 4
C.    Struktur Dasar Bisnis Ritel......................................................................... 8
D.    Proses Perencanaan dan Manajemen Ritel................................................ 11
E.     Sistem Informasi Ritel............................................................................... 14
BAB III PENUTUP............................................................................................ 17
A.    Kesimpulan................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 19




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bicara mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya Bisnis Ritel atau dalam basa inggris disebut retail adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Manajemen Retail merupakan profesi yang relatif masih kurang diminati di Indonesia. Salah satu yang menjadi alasannya adalah karena citra pekerjaan yang kurang baik. Bekerja di took sering dianggap lebih banyak melibatkan fisik, serta penampilannya yang kurang intelek. Namun, dengan banyaknya perusahaan asing yang menanamkan modalnya disini, manajemen retail mulai mendapatkan perhatian dari pelamar kerja. Berbagai bentuk baru dari format retail, cara-cara pengelolaan yang semakin modern membuat profesi ini menuntut orang yang professional. Professional dalam pembelian barang, mengatur tata letak took, menjalankan program-program promosi penjualan, menjalin kemitraan dengan pemasok dan lain-lain.
Semakin besar jaringan toko yang dimiliki, biasanya semakin banyak jenjang jabatan, dan persyaratan yang harus dimiliki. Menjelang mencapai puncaknya, biasanya karyawan yang berasal dari S1 menjalani program management trainee, di mana ia akan di-rolling, pada berbagai posisi. Mulai dari pososo barang dagangan (merchandise), sampai dengan penjualan. Semakin lama, tanggung jawab diperbesar, misalnya dari menangani satu took ke beberapa took (area). Tempat bekerjanya adalah outlet ritel modern, seperti department store, food service, (restoran, kafe), supermarket, hypermarket. Posisi yang biasanya ditawarkan adalah (setelah management trainee) assistant buyer, assistant manager, assistant promotion.


Pekerjaan di bisnis ini, meskipun mempunyai spesialisasi per department, semakin lama arahnya ke general manager. Artinya, seseorang harus punya beberapa keterampilan sekaligus, misalnya, manager toko yang harus mengurus banyak hal sekaligus.
Menjamurnya ritel atau retail sudah menjadi hal yang lumrah dikarenakan negara ini merupakan negara berkembang yang memiliki banyak sekali penduduk yang kebanyakan membeli barang dalam bentuk eceran. contoh ritel di Indonesia sudah sangat banyak sekali misalnya Alfamart dan Indo Maret.
Orang-orang bisa membuat ritel mereka sendiri dengan menyetorkan modal dengan besaran tertentu kepada perusahaan dengan nama besar untuk andil dalam usaha ritel milik mereka, keunggulan kita bergabung atau berinvestasi dengan memberikan modal pada perusahaan ritel besar adalah kita tidak lagi bingung dengan rencana bisnis kedepanya karena kita akan di pandu oleh perusahaan, kita juga tidak perlu repot-repot dalam branding karena produk dengan brand perusahanan besar sudah terkenal, kita tinggal menjalankannya dengan baik dan untung didapat. namun begitu ada juga sih kekurangnya semisal modal terlalu besar, kreativitas wirausaha kita berkurang karena kita hanya dituntun manajer diatas dan lainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian Ritel?
2.      Bagaimana Karakteristik Dasar Ritel?
3.      Bagaimana Struktur Dasar Bisnis Ritel?
4.      Bagaimana Proses Perencanaan dan Manajemen Ritel?
5.      Bagaimana Sistem Informasi Ritel?
C.     Tujuan
1.   Untuk Mengetahui Pengertian Ritel.
2.   Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Dasar Ritel.
3.   Untuk Mengetahui Bagaimana Struktur Dasar Bisnis Ritel.
4.   Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Perencanaan dan Manajemen Ritel.
5.   Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Informasi Ritel.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ritel
Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail berasal dari bahasa Perancis yaitu ”Retailer” yang berarti” Memotong menjadi kecil kecil”.
Ritel secara umum sering diartikan salah oleh masyarakat, ketika mereka mendengar kata ritel disebutkan banyak orang yang berasumsi pada supermarket atau hypermarket. Padahal pemahaman tersebut adalah salah karena pada dasarnya ritel memiliki makna yang lebih luas.
Menurut kotler, Ritel meliputi semua kegiatan yang melibatkan penjualan barang secara langsung pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan untuk bisnis.
Menurut dune, Ritel adalah langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa untuk konsumen akhir.
Menurut barman, Ritel adalah tingkat terakhir dari proses distribusi, didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas bisnis dalam penjualan barang atau jasa kepada konsumen.
Menurut kamus, pengertian ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada masyarakat. Sehingga, dari pengertian ini terlihat bahwa ritel bukan sekedar kegiatan menjual barang nyata kepada konsumen. Namun aktivitas memberikan pelayanan jasa, bisa juga disebut sebagai bagian dari kegiatan ritel.
Pengertian ini diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pemahaman kata ritel. Bahwa pengertian ritel tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait dengan perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.


Retail juga merupakan perangkat dari aktivitas- aktivitas bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Retail juga melibatkan melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar ke rumah-rumah. Tidak semua ritel dilakukan di dalam toko. Contoh retail yang dilakukan di luar toko antara lain penjualan album rekaman di internet, penjualan kosmetik langsung kosmetik oleh AVON, maupun penggunaan media lainnya seperti katalog atau daftar belanja.

B.     Karakteristik Dasar Ritel
Karakteristik dasar ritel dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis ritel yaitu:
a.       Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen, adalah bauran berbagai unsur yang digunakan oleh ritel untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan konsumen. Terdapat empat unsur yang dapat digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk menggolongkan ritel, yaitu:
·         Jenis barang yang dijual, ritel dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang dijualnya, sebagai contoh, ritel yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan olahraga. Jenis ini dibagi menurut jenis olahraganya sendiri seperti basket, golf, sepakbola dan lain-lain.
·         Perbedaan dan Keanekaragaman Barang yang Dijual, perbedaan barang yang dijual maksudnya jumlah kategori barang yang ditawarkan, sedangkan keanekaragamannya adalah jumlah barang yang berbeda dalam satu kategori barang. Tiap barang yang berbeda disebut unit penyimpanan persediaan (Stock Keep Unit – SKU), contohnya grosir (wholesale store), toko diskon, toko mainan dll.
·         Tingkat Layanan Konsumen, Ritel juga berbeda dalam hal jasa yang mereka tawarkan kepada konsumen. Contohnya, toko sepeda yang menawarkan bantuan dalam memilihkan sepeda.
·         Harga Barang, para peritel dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang dikenakannya. Contohnya department store dan toko diskon. Toko diskon memiliki perbedaan dalam menetapkan harga produk-produk yang dijual. Department store menetapkan tingkat harga yang lebih tinggi karena menanggung biaya yang lebih tinggi dalam persediaan beberapa produk fashionable. Pemotongan harga pada produk-produk yang dijual dilakukan ketika terdapat kesalahan dalam pembuatan. Selain itu pada department store terdapat penggunaan layanan penjualan perorangan dan memiliki lokasi toko yang bagus. Sedangkan toko diskon biasanya menyediakan berbagai produk dengan tingkat harga yang lebih rendah serta layanan yang lebih terbatas, bahkan produk-produk yang dijual seringkali memiliki keterbatasan dalam hal ukuran dan warna.
b.      Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan, pada bisnis ritel terdapat dua bentuk utama dalam penggunaan sarana atau media yang digunakan. Dua bentuk utama bisnis retail tersebut adalah ritel dengan system store (penjualan melalui system toko) dan penjualan dengan system nonstore (penjualan tidak melalui toko).
a.       Penjualan melalui toko
Pada ritel yang menggunakan toko (store selling retailer) untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat aktivitas pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen melalui ritel dan wholesaler.
b.      Penjualan tidak melalui toko (non-store selling)
1)      Electronic retailing
Adalah format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. Penjual dan pembeli menggunakan sarana internet guna mencapai, berkomunikasi dan bertransaksi secara potensial satu sama lain. Contohnya, Avon, salah satu perusahaan yang sukses menggunakan ritel elektronik khususnya untuk penjualan salah satu penjualan produknya yaitu Avon Lady Katalog dan pemasaran surat langsung.
Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau bahkan lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap (yaitu keseluruhan lini barang dagangan), atau dengan memilih barang dagangan yang akan diinformasikan secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus, dan katalog bisnis. Biasanya katalog dibuat dalam bentuk cetakan, tetapi terkadang juga dalam bentuk CD, Video atau secara online.
Sedangkan pemasaran surat langsung terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan, pengingat, atau barang-barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Dengan menggunakan daftar alamat yang sangat selektif, pemasaran surat secara langsung mengirimkan jutaan paket pos setiap tahun dalam bentuk surat, selebaran, brosur dan lain-lain. Beberapa pemasaran surat langsung juga mengirimkan kaset audio, video bahkan disket.
c.       Penjualan langsung (Direct Selling)
Penjualan langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur pada suatu lokasi. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas, yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
1)      Television home shopping
Adalah format ritel dengan menggunakan televisi. Pelanggan akan melihat program tv yang menayangkan demonstran produk dagangan dan kemudian menyampaikan pesanan lewat telepon. Tiga format dari television home shopping tersebut adalah:
·Saluran kabel yang dikhususkan untuk television shopping
·Infomercials
·Direct responsive selling
2)      Vending Machine Retailing
Bisnis eceran ini merupakan nonstore yang menyimpan banyak barang atau jasa pada suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan ketika pelanggan memasukan uang tunai atau kartu kredit kedalam mesin.
c.       Pengelompokan berdasarkan kepemilikan.
Ritel dapat diklasifikasikan pula secara luas menurut kepemilikan, berikut klasifikasi utama dari kepemilikan ritel.
·Pendirian toko tunggal atau mandiri, rite tunggal atau mandiri adalah ritel yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak dioperasikan sebagai bagian dari lembaga ritel yang lebih besar.
·Jaringan Perusahaan, ritel yang dimiliki dan dioperasikan sebagai kelompok oleh sebuah organisasi. Berdasarkan bentuk kepemilikan ini, banyak tugas administratif ditangani oleh kantor pusat untuk keseluruhan rantai. Kantor pusat biasanya memusatkan pembelian barang-barang dagangan yang akan di distribusikan untuk dijual pada toko-tokonya.
·Waralaba, waraaba (franchising) adalh ritel yang dimiliki dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi pendukung yang lebih besar. Waralaba menggabungkan keuntungan-keuntungan dari organisasi jaringan toko.
·Waralaba merupakan suatu hubungan yang sifatnya terus-menerus dimana seorang pemilik memberikan kepada seorang penyewa waralaba hasil bisnis untuk mengoperasikan atau menjual produk. Sebuah perjanjian waralaba anatara kedua belah pihak biasanya berlaku 10-20 tahun yang dapat diperbaharui dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Terdapat dua bentuk dasar waralaba saat ini, yaitu waralaba merek dagang dan waralaba format bisnis. Dalam waralaba merek dagang, seorang pengusaha setuju untuk menjual produk-produk tertentu yang disediakan oleh pabrikan atau grosir. Pendekatan ini telah banyak digunakan dalam kegiatan industri, seperti industri obat-obatan, minuman ringan dan lain-lain. Sedangkan waralaba format bisnis adalah suatu hubungan bisnis yang terus-menerus antara pemilik waralaba dan penyewa waralaba, khususnya pemilik waralaba menjual hak untuk menggunakan format atau pendekatan dalam menentukan bisnis. Salah satu contohnya adalah restoran makanan cepat saji yaitu McDonald.
C.     Struktur Dasar Bisnis Ritel
Berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan rata-rata pendapatan yang biasa dibelanjakan memperbesar permintaan akan toko eceran yang lebih khusus dan spesifik. Bisa diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah dengan makin meningkatnya perbedaan barang yang diminta oleh sektor yang berlainan dalam masyarakat.
Peningkatan segmentasi dunia industri tersebut memperjelas arti bahwa rumsan perdagangan eceran yang lama tidak akan mungkin terus berhasil, dan generalisasi harus mnyingkir untuk kemudian digantikan dengan spesialisasi atau diferensiasi untuk kelompok pelanggan tertentu.
Ada tiga factor yang dapat mendorang usaha ritel untuk berhasil, antara lain sebagai berikut.
1.      Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam memulai ataupun mengembangkan usaha ritel adalah factor lokasi. Panduan dalam pemilihan lokasi usaha ritel yang baik menurut guswai (2009) adalah sebagai berikut.
a.       Terlihat (visible)
lokasi usaha ritel yang baik adalah harus terlihat oleh banyak orang yang lalu lalang di lokasi tersebut.
b.      Lalu lintas yang padat (heavy traffic)
semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang, maka semakin banyak yang tahu mengenai usaha ritel tersebut.
c.       arah pulang ke rumah (direction to home)
pada umumnya, pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah. Sangat jarang orang berbelanja pada saat akan berangkat kerja.
d.      fasilitas umum (public facilities)
lokasi pada usaha ritel yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal angkutan umum, pasar, ataupun stasiun kereta. Fasilitas umum tersebut bias menjadi pendorong bagi sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk kemudian belanja di toko ritel. Hal ini disebut dengan impulsive buying atau pembeli yang tidak direncanakan.
e.       biaya akusisi (acquisition cost)
biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam berbagai jenis usaha. Peritel harus memutuskan apakah akan membeli suatu lahan atau menyewa suatu lokasi tertentu. Peritel hendaknya melakukan study kelayakan dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu lokasi usaha  ritel tetentu.
f.       peraturan / perizinan (regulation)
dalam menentukan suatu lokasi usaha ritel harus juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku. Hendaknya peritel tidak menempatkan usahanya pada lokasi yang memang tidak diperuntukkan untuk usaha, sepeti taman kota dan bantaran sungai.
g.      akses ( acces)
akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi.  Akses yang baik haruslah memudahkan calon pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel. Jenis-jenis hambatan akses biasanya berupa perubahan arus lalu lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan.
h.      Infrastuktur (infrastructure)
infrastuktur yang dapat menunjang keberadaan suatu usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet, dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengujungi suatu toko ritel.
i.        Potensi pasar yang tersedia ( captive market)
pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari pelanggan.
2.      Harga Yang Tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk – produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelangga sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa mengontrol harag dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga tinggi, maka pelanggan akan pindah  ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelanggan. Sebaliknya penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan di peroleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup biaya – biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.
3.      Suasana Toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk dating dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cara toko. Ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan suasana toko yang menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko.
a.       Eksterior  toko, meliputi keseluruhan  bangunan fisik yang bisa dilihat dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko berperan dalam mengomunikasikan informasi tentang apa yang ada di dalam gedung, serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko.
b.      Interior  toko, meliputi ekstetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir, serta perlengkapan lainnya.
Jika pelanggan menangkap eksterior  toko dengan baik, maka ia akan termotivasi untuk  memasuki toko. Ketika pelanggan sudah memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan cermat. Jika pelanggan memiliki persepsi/anggapan yang baik tentang suatu toko, maka ia akan senang dan betah lama-lama di depan toko.
Selain eksterior dan interior toko, factor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli di toko tersebut. Pramuniaga yang berkualitas sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.


D.    Proses Perencanaan dan Bisnis Ritel
Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
Rencana dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Perencanaan dibagi dalam 2 elemen penting diantaranya adalah
Sasaran
Sasaran adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi. Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals) dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan, laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta anggotanya.
Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Menurut Wheelen dan Hunger (1987) manajemen strategi adalah himpunan dari putusan dan tindakan manajerial yang menentukan performansi badan usaha dalam jangka panjang. MS mencakup perumusan, implementasi, dan evaluasi atau pengendalian strategi. Dengan demikian, studi mengenai manajemen strategi menitikberatkan pada kegiatan untuk memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan, di samping kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dalam hal ini,perencanaan strategi merupakan bagian dari MS, karena tidak mencakup implementasi, evaluasi, dan pengendalian strategi, melainkan hanya mencakup perumusan strategi.Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.
Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.
Dalam memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain meliputi:

1.      Harga, Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar (seperti discount store).
2.      Kemudahan, Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan, membandingkan, dan memilih).
3.      Kualitas produk yang ditawarkan.
4.      Bantuan wiraniaga, Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara aktif.
5.      Reputasi, Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6.      Nilai yang ditawarkan, Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya tahan/keawetan, unjuk kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan, reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya), dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri dari harga yang dibayarkan, biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis. 
7.      Jasa-jasa khusus yang ditawarkan, Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau menukar barang yang sudah dibeli.

E.     Sistem Informasi Ritel
Dalam perdagangan eceran atau ritel dimana arus data barang dagangan dan uang berputar sangat cepat diperlukan pengendalian dan pengawasan yang baik. Salah satu bentuk pengendalian dan pengawasan tersebut adalah dengan melakukan pencatatan data yang tertib dan teratur, serta penyuguhan informasi dalam bentuk sistem pelaporan yang tepat waktu dan akurat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi setiap keputusan yang akan diambil.
Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel) adalah suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi pengolah data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan yang berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal pembuatan keputusan. Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem Informasi Manajemen lainnya, meliputi:
  • Tingkatan informasi untuk proses transaksi, dalam hal ini fungsinya adalah sebagai inquiry response. Tingkatan ini biasanya menjadi tanggung jawab dari staff atau clerk.
  • Tingkatan informasi untuk perencanaan operasional, pengendalian dan pengambilan keputusan. Informasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional setiap harinya dibutuhkan oleh Lower Management yang berada pada tingkatan ini  untuk pengambilan keputusan.
  • Tingkatan informasi untuk perencanaan taktis dan pengambilan keputusan. Pada tingkatan ini Middle Management membutuhkan informasi yang datangnya dari tingkat perencanaan operasional maupun informasi dari luar lingkungan perusahan seperti informasi tentang pesaing. Informasi tersebut nantinya akan menjadi dasar pembuatan rencana taktis perusahaan contohnya pembuatan anggaran maupun pengambilan keputusan seperti penentuan jenis dan harga barang.
  • Tingkatan informasi untuk perencanaan strategik, kebijakan dan pengambilan keputusan. Tujuan dan arah perusahaan ditentukan oleh Top Management. Karena itu informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keadaan lingkungan luar perusahaan perlu dimiliki oleh tingkat ini demi kemajuan perusahaan.
Untuk membangun suatu Sistem Informasi Ritel dibutuhkan beberapa elemen, meliputi :
1. Perangkat Keras
2. Perangkat Lunak
3. Database
4. Manual Procedur
5. Petugas pengoperasian sistem

Elemen-elemen di atas kemudian tersusun ke dalam suatu sistem konfigurasi, yang merupakan rangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang serta disusun secara terpadu dalam suatu sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan sesuai yang dibutuhkan.  Beberapa  aspek  yang  perlu  diperhatikan  dalam  sistem  konfigurasi diantaranya adalah :
·         skala usaha
·         aplikasi SIM
·         volume data
·         frekuensi data
·         kecepatan data
·         keamanan data
Untuk  membangun  Sistem Informasi  Ritel  ada  beberapa  alternatif  system teknologi, diantaranya :
1.      Teknologi Electronic Cash Register System
2.      Teknologi PC-based POS System
Alternatif sistem teknologi di atas dapat dikombinasikan menjadi beberapa konfigurasi, diantaranya :
·         Stand Alone
·         Register to Register System (Master to Slave System – POS LAN)
·         Register to Register to PC System ( Mater-Slave System to Cluster System)
·         Register to PC Communication System (Master-Slave POS LAN Communication System / POS WAN)


















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Retail adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada masyarakat. Sehingga, dari pengertian ini terlihat bahwa ritel bukan sekedar kegiatan menjual barang nyata kepada konsumen. Namun aktivitas memberikan pelayanan jasa, bisa juga disebut sebagai bagian dari kegiatan ritel.
Pengertian ini diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pemahaman kata ritel. Bahwa pengertian ritel tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait dengan perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.
2.      Karakteristik dasar ritel dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis ritel yaitu:
·         Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan konsumen, adalah bauran berbagai unsur yang digunakan oleh ritel untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan konsumen. Pengelompokan berdasarkan sarana atau media yang digunakan, pada bisnis ritel terdapat dua bentuk utama dalam penggunaan sarana atau media yang digunakan. Dua bentuk utama bisnis retail tersebut adalah ritel dengan system store (penjualan melalui system toko) dan penjualan dengan system nonstore (penjualan tidak melalui toko).
·         Pengelompokan berdasarkan kepemilikan, Ritel dapat diklasifikasikan pula secara luas menurut kepemilikan.
3.      Berlanjutnya pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan rata-rata pendapatan yang biasa dibelanjakan memperbesar permintaan akan toko eceran yang lebih khusus dan spesifik. Bisa diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah dengan makin meningkatnya perbedaan barang yang diminta oleh sektor yang berlainan dalam masyarakat.


4.      Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.
Dalam memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
5.      Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel) adalah suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi pengolah data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan yang berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal pembuatan keputusan. Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem Informasi Manajemen
                  












DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasara. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta, Cv: Bandung.
Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel. Salemba Empat: Jakarta.


No comments:

Post a Comment