GAMBARAN UMUM BISNIS
RITEL SYARIAH
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas Terstruktur Matakuliah Manajemen Bisnis Retail Syariah
Dibina
Oleh: Bpk. Tito Marta Sugema Dasuki, S.E., M.Ak.
Kelompok
1:
Arina Ulfah (1133070025)
Asep Rahman (1133070028)
Bella Saftariani
(1133070035)
Cepy Wildan Anwar (1133070039)
JURUSAN MANAJEMEN
KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH DAN
HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai
“Gambaran Umum Bisnis Ritel Syariah”
Makalah ini
telah dibuat dengan berbagai sumber informasi yang kami cari dan beberapa
bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari
bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR
ISI......................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah....................................................................................... 2
C. Tujuan
Masalah........................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN...................................................................................... 3
A.
Pengertian Ritel.......................................................................................... 3
B.
Karakteristik Dasar Ritel............................................................................ 4
C.
Struktur Dasar Bisnis Ritel......................................................................... 8
D.
Proses Perencanaan dan
Manajemen Ritel................................................ 11
E.
Sistem
Informasi Ritel............................................................................... 14
BAB
III PENUTUP............................................................................................ 17
A.
Kesimpulan................................................................................................ 17
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bicara
mengenai bisnis, akhir-akhir ini marak bermunculan yang namanya Bisnis Ritel
atau dalam basa inggris disebut retail adalah salah satu cara pemasaran produk
meliputi semua aktivitas yang melibatkan penjualan barang secara langsung ke
konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.
Manajemen
Retail merupakan profesi yang relatif masih kurang diminati di Indonesia. Salah
satu yang menjadi alasannya adalah karena citra pekerjaan yang kurang baik.
Bekerja di took sering dianggap lebih banyak melibatkan fisik, serta
penampilannya yang kurang intelek. Namun, dengan banyaknya perusahaan asing
yang menanamkan modalnya disini, manajemen retail mulai mendapatkan perhatian
dari pelamar kerja. Berbagai bentuk baru dari format retail, cara-cara
pengelolaan yang semakin modern membuat profesi ini menuntut orang yang
professional. Professional dalam pembelian barang, mengatur tata letak took,
menjalankan program-program promosi penjualan, menjalin kemitraan dengan
pemasok dan lain-lain.
Semakin
besar jaringan toko yang dimiliki, biasanya semakin banyak jenjang jabatan, dan
persyaratan yang harus dimiliki. Menjelang mencapai puncaknya, biasanya
karyawan yang berasal dari S1 menjalani program management trainee, di mana ia
akan di-rolling, pada berbagai posisi. Mulai dari pososo barang dagangan
(merchandise), sampai dengan penjualan. Semakin lama, tanggung jawab
diperbesar, misalnya dari menangani satu took ke beberapa took (area). Tempat
bekerjanya adalah outlet ritel modern, seperti department store, food service, (restoran,
kafe), supermarket, hypermarket. Posisi yang biasanya ditawarkan adalah
(setelah management trainee) assistant buyer, assistant manager, assistant
promotion.
Pekerjaan
di bisnis ini, meskipun mempunyai spesialisasi per department, semakin lama
arahnya ke general manager. Artinya, seseorang harus punya beberapa
keterampilan sekaligus, misalnya, manager toko yang harus mengurus banyak hal
sekaligus.
Menjamurnya
ritel atau retail sudah menjadi hal yang lumrah dikarenakan negara ini
merupakan negara berkembang yang memiliki banyak sekali penduduk yang
kebanyakan membeli barang dalam bentuk eceran. contoh ritel di Indonesia sudah
sangat banyak sekali misalnya Alfamart dan Indo Maret.
Orang-orang
bisa membuat ritel mereka sendiri dengan menyetorkan modal dengan besaran
tertentu kepada perusahaan dengan nama besar untuk andil dalam usaha ritel
milik mereka, keunggulan kita bergabung atau berinvestasi dengan memberikan
modal pada perusahaan ritel besar adalah kita tidak lagi bingung dengan rencana
bisnis kedepanya karena kita akan di pandu oleh perusahaan, kita juga tidak
perlu repot-repot dalam branding karena produk dengan brand perusahanan besar
sudah terkenal, kita tinggal menjalankannya dengan baik dan untung didapat.
namun begitu ada juga sih kekurangnya semisal modal terlalu besar, kreativitas
wirausaha kita berkurang karena kita hanya dituntun manajer diatas dan lainya.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
Pengertian Ritel?
2. Bagaimana
Karakteristik Dasar Ritel?
3. Bagaimana
Struktur Dasar Bisnis Ritel?
4. Bagaimana
Proses Perencanaan dan Manajemen Ritel?
5. Bagaimana
Sistem Informasi Ritel?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ritel.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik
Dasar Ritel.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Struktur Dasar
Bisnis Ritel.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Perencanaan
dan Manajemen Ritel.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Sistem Informasi
Ritel.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Ritel
Retail
adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail
berasal dari bahasa Perancis yaitu ”Retailer” yang berarti” Memotong menjadi
kecil kecil”.
Ritel secara umum sering diartikan salah oleh masyarakat, ketika
mereka mendengar kata ritel disebutkan banyak orang yang berasumsi pada
supermarket atau hypermarket. Padahal pemahaman tersebut adalah salah karena
pada dasarnya ritel memiliki makna yang lebih luas.
Menurut kotler, Ritel meliputi semua kegiatan
yang melibatkan penjualan barang secara langsung pada konsumen akhir untuk
penggunaan pribadi dan bukan untuk bisnis.
Menurut dune, Ritel adalah langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa untuk konsumen akhir.
Menurut barman, Ritel adalah tingkat terakhir dari proses
distribusi, didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas bisnis dalam penjualan
barang atau jasa kepada konsumen.
Menurut
kamus, pengertian ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada masyarakat.
Sehingga, dari pengertian ini terlihat bahwa ritel bukan sekedar kegiatan
menjual barang nyata kepada konsumen. Namun aktivitas memberikan pelayanan
jasa, bisa juga disebut sebagai bagian dari kegiatan ritel.
Pengertian
ini diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pemahaman kata ritel.
Bahwa pengertian ritel tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait
dengan perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.
Retail
juga merupakan perangkat dari aktivitas- aktivitas bisnis yang melakukan
penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan penjualan kepada para
konsumen untuk penggunaan atau konsumsi perseorangan maupun keluarga.
Retail
juga melibatkan melibatkan layanan jasa, seperti jasa layanan antar ke rumah-rumah.
Tidak semua ritel dilakukan di dalam toko. Contoh retail yang dilakukan di luar
toko antara lain penjualan album rekaman di internet, penjualan kosmetik
langsung kosmetik oleh AVON, maupun penggunaan media lainnya seperti katalog
atau daftar belanja.
B.
Karakteristik Dasar
Ritel
Karakteristik
dasar ritel dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis ritel yaitu:
a. Pengelompokan
berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan
konsumen, adalah bauran berbagai unsur yang digunakan oleh ritel untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan konsumen. Terdapat empat unsur yang dapat
digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan pelanggan yang berguna untuk
menggolongkan ritel, yaitu:
·
Jenis barang yang
dijual, ritel dapat dibedakan berdasarkan jenis produk yang dijualnya, sebagai
contoh, ritel yang menjual produk olahraga biasanya toko peralatan olahraga.
Jenis ini dibagi menurut jenis olahraganya sendiri seperti basket, golf,
sepakbola dan lain-lain.
·
Perbedaan dan
Keanekaragaman Barang yang Dijual, perbedaan barang yang dijual maksudnya
jumlah kategori barang yang ditawarkan, sedangkan keanekaragamannya adalah
jumlah barang yang berbeda dalam satu kategori barang. Tiap barang yang berbeda
disebut unit penyimpanan persediaan (Stock Keep Unit – SKU), contohnya grosir
(wholesale store), toko diskon, toko mainan dll.
·
Tingkat Layanan
Konsumen, Ritel juga berbeda dalam hal jasa yang mereka tawarkan kepada
konsumen. Contohnya, toko sepeda yang menawarkan bantuan dalam memilihkan
sepeda.
·
Harga Barang, para peritel
dapat dibedakan dari tingkat harga dan biaya produk yang dikenakannya. Contohnya
department store dan toko diskon. Toko diskon memiliki perbedaan dalam
menetapkan harga produk-produk yang dijual. Department store menetapkan tingkat
harga yang lebih tinggi karena menanggung biaya yang lebih tinggi dalam
persediaan beberapa produk fashionable. Pemotongan harga pada produk-produk
yang dijual dilakukan ketika terdapat kesalahan dalam pembuatan. Selain itu
pada department store terdapat penggunaan layanan penjualan perorangan dan
memiliki lokasi toko yang bagus. Sedangkan toko diskon biasanya menyediakan
berbagai produk dengan tingkat harga yang lebih rendah serta layanan yang lebih
terbatas, bahkan produk-produk yang dijual seringkali memiliki keterbatasan dalam
hal ukuran dan warna.
b. Pengelompokan
berdasarkan sarana atau media yang digunakan, pada bisnis ritel terdapat dua
bentuk utama dalam penggunaan sarana atau media yang digunakan. Dua bentuk
utama bisnis retail tersebut adalah ritel dengan system store (penjualan
melalui system toko) dan penjualan dengan system nonstore (penjualan tidak
melalui toko).
a.
Penjualan melalui toko
Pada ritel yang menggunakan toko (store
selling retailer) untuk pemasaran produk, jelas bahwa terdapat aktivitas
pendistribusian produk dari produsen kepada konsumen melalui ritel dan
wholesaler.
b.
Penjualan tidak melalui
toko (non-store selling)
1)
Electronic retailing
Adalah
format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan komunikasi dengan pelanggan
mengenai produk, layanan, dan penjualan melalui internet. Penjual dan pembeli
menggunakan sarana internet guna mencapai, berkomunikasi dan bertransaksi
secara potensial satu sama lain. Contohnya, Avon, salah satu perusahaan yang
sukses menggunakan ritel elektronik khususnya untuk penjualan salah satu
penjualan produknya yaitu Avon Lady Katalog dan pemasaran surat langsung.
Pemasaran
melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu atau bahkan lebih
katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan mengirimkan katalog
yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap (yaitu keseluruhan lini
barang dagangan), atau dengan memilih barang dagangan yang akan diinformasikan
secara terbatas dalam bentuk katalog konsumen khusus, dan katalog bisnis.
Biasanya katalog dibuat dalam bentuk cetakan, tetapi terkadang juga dalam
bentuk CD, Video atau secara online.
Sedangkan
pemasaran surat langsung terdiri atas pengiriman tawaran, pemberitahuan,
pengingat, atau barang-barang lain kepada seseorang di alamat tertentu. Dengan
menggunakan daftar alamat yang sangat selektif, pemasaran surat secara langsung
mengirimkan jutaan paket pos setiap tahun dalam bentuk surat, selebaran, brosur
dan lain-lain. Beberapa pemasaran surat langsung juga mengirimkan kaset audio,
video bahkan disket.
c.
Penjualan langsung
(Direct Selling)
Penjualan
langsung adalah sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau lebih
media iklan untuk menghasilkan tanggapan dan atau transaksi yang dapat diukur
pada suatu lokasi. Bentuk pemasaran ini memainkan peranan yang lebih luas,
yaitu membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan.
1) Television
home shopping
Adalah
format ritel dengan menggunakan televisi.
Pelanggan akan melihat program tv yang menayangkan demonstran produk dagangan
dan kemudian menyampaikan pesanan lewat telepon. Tiga
format dari television home shopping tersebut adalah:
·Saluran
kabel yang dikhususkan untuk television shopping
·Infomercials
·Direct
responsive selling
2) Vending Machine Retailing
Bisnis eceran ini merupakan
nonstore yang menyimpan banyak barang atau jasa pada suatu mesin dan
menyerahkan barang ke pelanggan ketika pelanggan memasukan uang tunai atau
kartu kredit kedalam mesin.
c. Pengelompokan
berdasarkan kepemilikan.
Ritel dapat diklasifikasikan
pula secara luas menurut kepemilikan, berikut klasifikasi utama dari
kepemilikan ritel.
·Pendirian toko tunggal atau mandiri, rite tunggal atau
mandiri adalah ritel yang dimiliki oleh seseorang atau kemitraan dan tidak
dioperasikan sebagai bagian dari lembaga ritel yang lebih besar.
·Jaringan Perusahaan, ritel yang dimiliki dan dioperasikan
sebagai kelompok oleh sebuah organisasi. Berdasarkan bentuk kepemilikan ini,
banyak tugas administratif ditangani oleh kantor pusat untuk keseluruhan
rantai. Kantor pusat biasanya memusatkan pembelian barang-barang dagangan yang
akan di distribusikan untuk dijual pada toko-tokonya.
·Waralaba, waraaba (franchising) adalh ritel yang dimiliki
dan dioperasikan oleh individu tetapi memperoleh lisensi dari organisasi
pendukung yang lebih besar. Waralaba menggabungkan keuntungan-keuntungan dari
organisasi jaringan toko.
·Waralaba merupakan suatu hubungan yang sifatnya
terus-menerus dimana seorang pemilik memberikan kepada seorang penyewa waralaba
hasil bisnis untuk mengoperasikan atau menjual produk. Sebuah perjanjian
waralaba anatara kedua belah pihak biasanya berlaku 10-20 tahun yang dapat
diperbaharui dengan kesepakatan kedua belah pihak.
Terdapat dua bentuk dasar waralaba saat ini, yaitu
waralaba merek dagang dan waralaba format bisnis. Dalam waralaba merek dagang,
seorang pengusaha setuju untuk menjual produk-produk tertentu yang disediakan
oleh pabrikan atau grosir. Pendekatan ini telah banyak digunakan dalam kegiatan
industri, seperti industri obat-obatan, minuman ringan dan lain-lain. Sedangkan
waralaba format bisnis adalah suatu hubungan bisnis yang terus-menerus antara
pemilik waralaba dan penyewa waralaba, khususnya pemilik waralaba menjual hak
untuk menggunakan format atau pendekatan dalam menentukan bisnis. Salah satu
contohnya adalah restoran makanan cepat saji yaitu McDonald.
C.
Struktur Dasar Bisnis
Ritel
Berlanjutnya
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan rata-rata pendapatan yang biasa dibelanjakan
memperbesar permintaan akan toko eceran yang lebih khusus dan spesifik. Bisa
diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah dengan makin
meningkatnya perbedaan barang yang diminta oleh sektor yang berlainan dalam
masyarakat.
Peningkatan
segmentasi dunia industri tersebut memperjelas arti bahwa rumsan perdagangan
eceran yang lama tidak akan mungkin terus berhasil, dan generalisasi harus
mnyingkir untuk kemudian digantikan dengan spesialisasi atau diferensiasi untuk
kelompok pelanggan tertentu.
Ada
tiga factor yang dapat mendorang usaha ritel untuk berhasil, antara lain
sebagai berikut.
1. Lokasi
Usaha
Faktor utama yang harus
diperhatikan dalam memulai ataupun mengembangkan usaha ritel adalah factor lokasi.
Panduan dalam pemilihan lokasi usaha ritel yang baik menurut guswai (2009)
adalah sebagai berikut.
a. Terlihat
(visible)
lokasi usaha ritel yang
baik adalah harus terlihat oleh banyak orang yang lalu lalang di lokasi
tersebut.
b. Lalu
lintas yang padat (heavy traffic)
semakin banyak lokasi
usaha ritel dilalui orang, maka semakin banyak yang tahu mengenai usaha ritel
tersebut.
c. arah
pulang ke rumah (direction to home)
pada umumnya, pelanggan
berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah. Sangat jarang orang
berbelanja pada saat akan berangkat kerja.
d. fasilitas
umum (public facilities)
lokasi pada usaha ritel
yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal angkutan umum,
pasar, ataupun stasiun kereta. Fasilitas umum tersebut bias menjadi pendorong
bagi sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk kemudian belanja di toko
ritel. Hal ini disebut dengan impulsive buying atau pembeli yang tidak
direncanakan.
e. biaya
akusisi (acquisition cost)
biaya merupakan hal
yang harus dipertimbangkan dalam berbagai jenis usaha. Peritel harus memutuskan
apakah akan membeli suatu lahan atau menyewa suatu lokasi tertentu. Peritel
hendaknya melakukan study kelayakan dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu
lokasi usaha ritel tetentu.
f. peraturan
/ perizinan (regulation)
dalam menentukan suatu
lokasi usaha ritel harus juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku.
Hendaknya peritel tidak menempatkan usahanya pada lokasi yang memang tidak
diperuntukkan untuk usaha, sepeti taman kota dan bantaran sungai.
g. akses
( acces)
akses merupakan jalan masuk dan keluar
menuju lokasi. Akses yang baik haruslah
memudahkan calon pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel.
Jenis-jenis hambatan akses biasanya berupa perubahan arus lalu lintas atau
halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan.
h. Infrastuktur
(infrastructure)
infrastuktur yang dapat
menunjang keberadaan suatu usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai,
toilet, dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan
dalam mengujungi suatu toko ritel.
i.
Potensi pasar yang
tersedia ( captive market)
pelanggan biasanya akan
memilih lokasi belanja yang dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha
ritel yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari
pelanggan.
2. Harga
Yang Tepat
Usaha
ritel biasanya menjual produk – produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelangga
sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa mengontrol harag dengan baik. Jika
suatu toko menjual produk dengan harga tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih
rendah, sehingga toko menjadi sepi pelanggan. Sebaliknya penetapan harga yang
terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan di peroleh, sehingga
peritel belum tentu mampu menutup biaya – biaya yang timbul dalam menjalankan
usahanya.
3. Suasana
Toko
Suasana
toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk dating dan berlama-lama di
dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cara toko. Ada
dua hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan suasana toko yang
menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko.
a. Eksterior toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang bisa dilihat dari bentuk
bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko
berperan dalam mengomunikasikan informasi tentang apa yang ada di dalam gedung,
serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko.
b. Interior toko, meliputi ekstetika toko, desain
ruangan, dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir, serta
perlengkapan lainnya.
Jika pelanggan
menangkap eksterior toko dengan baik,
maka ia akan termotivasi untuk memasuki
toko. Ketika pelanggan sudah memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko
dengan cermat. Jika pelanggan memiliki persepsi/anggapan yang baik tentang
suatu toko, maka ia akan senang dan betah lama-lama di depan toko.
Selain eksterior dan
interior toko, factor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko adalah
pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah berkunjung
sehingga terjadi transaksi jual beli di toko tersebut. Pramuniaga yang
berkualitas sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik
simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang
diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.
D.
Proses Perencanaan dan
Bisnis Ritel
Perencanaan
adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai
tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan
merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan
tak akan dapat berjalan.
Rencana
dapat berupa rencana informal atau rencana formal. Rencana informal adalah
rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan tujuan bersama anggota suatu
organisasi. Sedangkan rencana formal adalah rencana tertulis yang harus
dilaksanakan suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu. Rencana formal
merupakan rencana bersama anggota korporasi, artinya, setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu. Rencana formal dibuat untuk mengurangi
ambiguitas dan menciptakan kesepahaman tentang apa yang harus dilakukan.
Perencanaan
dibagi dalam 2 elemen penting diantaranya adalah
Sasaran
Sasaran
adalah hal yang ingin dicapai oleh individu, grup, atau seluruh organisasi.
Sasaran sering pula disebut tujuan. Sasaran memandu manajemen membuat keputusan
dan membuat kriteria untuk mengukur suatu pekerjaan.
Sasaran
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu sasaran yang dinyatakan (stated goals)
dan sasaran riil. Stated goals adalah sasaran yang dinyatakan organisasi kepada
masyarakat luas. Sasaran seperti ini dapat dilihat di piagam perusahaan,
laporan tahunan, pengumuman humas, atau pernyataan publik yang dibuat oleh
manajemen. Seringkali stated goals ini bertentangan dengan kenyataan yang ada
dan dibuat hanya untuk memenuhi tuntutan stakeholder perusahaan. Sedangkan
sasaran riil adalah sasaran yang benar-benar dinginkan oleh perusahaan. Sasaran
riil hanya dapat diketahui dari tindakan-tindakan organisasi beserta
anggotanya.
Rencana
Rencana
atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema untuk mencapai tujuan.
Rencana biasanya mencakup alokasi sumber daya, jadwal, dan tindakan-tindakan
penting lainnya. Rencana dibagi berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan,
dan frekuensi penggunaannya. Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi
menjadi rencana strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah
rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi sedangkan rencana operasional
adalah rencana yang mengatur kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
Menurut
Wheelen dan Hunger (1987) manajemen strategi adalah himpunan dari putusan dan
tindakan manajerial yang menentukan performansi badan usaha dalam jangka
panjang. MS mencakup perumusan, implementasi, dan evaluasi atau pengendalian
strategi. Dengan demikian, studi mengenai manajemen strategi menitikberatkan
pada kegiatan untuk memantau dan mengevaluasi peluang dan kendala lingkungan,
di samping kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dalam hal ini,perencanaan
strategi merupakan bagian dari MS, karena tidak mencakup implementasi,
evaluasi, dan pengendalian strategi, melainkan hanya mencakup perumusan
strategi.Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi,
perkembangan dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah
keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian
layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi
maupun keluarga.
Agar
berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan
produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu
yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target
pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam
operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu
konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah
(bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan
binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara
terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun
operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah
menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang
diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang
dagangan, dan manajemen toko.
Dalam
memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang
diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak
kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor
ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain meliputi:
1.
Harga, Ada retail store
yang memasang harga mati seperti supermarket dan departement store) dan ada
pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar (seperti discount
store).
2.
Kemudahan, Kemudahan parkir, bisa
cepat pergi setelah membayar, dan mudah mencari barang yang diinginkan
(meliputi proses menemukan, membandingkan, dan memilih).
3.
Kualitas produk yang
ditawarkan.
4.
Bantuan wiraniaga, Apakah
harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara aktif.
5.
Reputasi, Kejujuran dan kewajaran
dalam jual beli
6.
Nilai yang ditawarkan, Yaitu perbedaan total
customer value dan total customer cost. Total customer value adalah sekumpulan
manfaat yang diharapkan pelanggan dari produk dan jasa, meliputi product value
(misalnya keandalan, daya tahan/keawetan, unjuk kerja), service value (penyerahan
barang, pelatihan, instalasi, perawatan, reparasi), personnel value (kompeten,
responsif, empati, dapat dipercaya), dan image value (citra perusahaan).
Sedangkan total customer cost terdiri dari harga yang dibayarkan, biaya waktu,
biaya tenaga, dan biaya psikis.
7.
Jasa-jasa khusus yang
ditawarkan, Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan
atau menukar barang yang sudah dibeli.
E.
Sistem Informasi Ritel
Dalam perdagangan eceran atau ritel
dimana arus data barang dagangan dan uang berputar sangat cepat diperlukan
pengendalian dan pengawasan yang baik. Salah satu bentuk pengendalian dan
pengawasan tersebut adalah dengan melakukan pencatatan data yang tertib dan
teratur, serta penyuguhan informasi dalam bentuk sistem pelaporan yang tepat
waktu dan akurat sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi setiap keputusan
yang akan diambil.
Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel)
adalah suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
yang berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi
pengolah data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan
yang berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal
pembuatan keputusan. Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem
Informasi Manajemen lainnya, meliputi:
- Tingkatan
informasi untuk proses transaksi, dalam hal ini fungsinya adalah sebagai
inquiry response. Tingkatan ini biasanya menjadi tanggung jawab dari staff
atau clerk.
- Tingkatan
informasi untuk perencanaan operasional, pengendalian dan pengambilan
keputusan. Informasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional setiap
harinya dibutuhkan oleh Lower Management yang berada pada tingkatan
ini untuk pengambilan keputusan.
- Tingkatan
informasi untuk perencanaan taktis dan pengambilan keputusan. Pada
tingkatan ini Middle Management membutuhkan informasi yang datangnya dari
tingkat perencanaan operasional maupun informasi dari luar lingkungan
perusahan seperti informasi tentang pesaing. Informasi tersebut nantinya
akan menjadi dasar pembuatan rencana taktis perusahaan contohnya pembuatan
anggaran maupun pengambilan keputusan seperti penentuan jenis dan harga
barang.
- Tingkatan
informasi untuk perencanaan strategik, kebijakan dan pengambilan
keputusan. Tujuan dan arah perusahaan ditentukan oleh Top Management.
Karena itu informasi yang berkaitan dengan kinerja perusahaan dan keadaan
lingkungan luar perusahaan perlu dimiliki oleh tingkat ini demi kemajuan
perusahaan.
Untuk membangun suatu Sistem Informasi Ritel dibutuhkan beberapa
elemen,
meliputi :
1. Perangkat Keras
2. Perangkat Lunak
3. Database
4. Manual Procedur
5. Petugas pengoperasian sistem
Elemen-elemen
di atas kemudian tersusun ke dalam suatu sistem konfigurasi, yang merupakan
rangkaian perangkat keras dan lunak yang dirancang serta disusun secara terpadu dalam
suatu sistem, sehingga sistem tersebut dapat berjalan sesuai yang dibutuhkan. Beberapa
aspek yang perlu
diperhatikan dalam sistem
konfigurasi diantaranya
adalah :
·
skala usaha
·
aplikasi SIM
·
volume data
·
frekuensi data
·
kecepatan data
·
keamanan data
Untuk membangun
Sistem Informasi Ritel ada
beberapa alternatif system teknologi, diantaranya
:
1. Teknologi
Electronic Cash Register System
2. Teknologi
PC-based POS System
Alternatif
sistem teknologi di atas dapat dikombinasikan menjadi beberapa konfigurasi, diantaranya :
·
Stand Alone
·
Register to Register
System (Master to Slave System – POS LAN)
·
Register to Register to
PC System ( Mater-Slave System to Cluster System)
·
Register to PC
Communication System (Master-Slave POS LAN Communication System / POS WAN)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Retail
adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Ritel
adalah penjualan barang atau jasa kepada masyarakat. Sehingga, dari pengertian
ini terlihat bahwa ritel bukan sekedar kegiatan menjual barang nyata kepada
konsumen. Namun aktivitas memberikan pelayanan jasa, bisa juga disebut sebagai
bagian dari kegiatan ritel.
Pengertian
ini diharapkan mampu mengubah persepsi masyarakat tentang pemahaman kata ritel.
Bahwa pengertian ritel tersebut menunjukkan bahwa segala aktivitas yang terkait
dengan perdagangan barang dan jasa, merupakan bagian dari kegiatan ritel.
2. Karakteristik
dasar ritel dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis ritel yaitu:
·
Pengelompokan
berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk memuaskan kebutuhan
konsumen, adalah bauran berbagai unsur yang digunakan oleh ritel untuk
memuaskan kebutuhan-kebutuhan konsumen. Pengelompokan berdasarkan sarana atau
media yang digunakan, pada bisnis ritel terdapat dua bentuk utama dalam
penggunaan sarana atau media yang digunakan. Dua bentuk utama bisnis retail
tersebut adalah ritel dengan system store (penjualan melalui system toko) dan
penjualan dengan system nonstore (penjualan tidak melalui toko).
·
Pengelompokan
berdasarkan kepemilikan, Ritel dapat
diklasifikasikan pula secara luas menurut kepemilikan.
3. Berlanjutnya
pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan rata-rata pendapatan yang biasa
dibelanjakan memperbesar permintaan akan toko eceran yang lebih khusus dan
spesifik. Bisa diperkirakan bahwa berbagai masalah akan menjadi lebih parah
dengan makin meningkatnya perbedaan barang yang diminta oleh sektor yang
berlainan dalam masyarakat.
4. Dalam
operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu
konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah
(bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan
binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara
terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun
operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah
menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang
diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang
dagangan, dan manajemen toko.
Dalam memilih retail store, pembeli
mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang diperhatikan adalah yang berkaitan
dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi)
juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
5. Sistem Informasi Ritel (SIM Ritel)
adalah suatu sistem informasi yang dikembangkan dengan menggunakan pendekatan
yang berbasis pada pemanfaatan teknologi terpadu peralatan sistem mekanisasi
pengolah data sebagai penyedia informasi untuk menunjang semua aspek kegiatan
yang berhubungan dengan operasional, manajemen, analisis maupun dalam hal
pembuatan keputusan. Secara umum struktur SIM Ritel tidak berbeda dengan Sistem
Informasi Manajemen
DAFTAR PUSTAKA
Amir,
M. Taufiq. 2005. Dinamika Pemasara. PT RajaGrafindo Persada: Jakarta.
Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta, Cv:
Bandung.
Utami, Christina Whidya. 2006. Manajemen Ritel. Salemba
Empat: Jakarta.
No comments:
Post a Comment